El-Bughury Ahmad | Buat Lencana Anda
HARI GINI, MALAS MEMBACA?
(Mengurai Tradisi Membaca di
Pesantren)
Oleh Ahmad Suhendra, S.Th.I[*]
Membaca adalah gerbang membuka
dunia, percaya tidak? Jika tidak percaya buktikanlah!
Jika kita menengok ke belakang, sejarah Islam telah membuktikan kejayaan dan kehebatan para filosof muslim, intelektual muslim dalam merekonstruksi (membangun ulang) tatanan keilmuan dunia. Banyak karya-karya intelek muslim yang diakui dunia, misalnya muqaddimah ibn Khaldun karya Ibn Khaldun, al-Risalah karya Imam Muhammad Idris al-Syafi’I, dan masih banyak lagi. Itu semua tentunya tidak lepas dari budaya (personal) membaca.
Dari pesantren juga
banyak melahirkan kiai-kiai sekaligus penulis handal, sebut saja al-syaikh Nawawi al-Bantani, Nuruddin
al-Raniri, mbah Khalil Bangkalan, Mbah Hasyim Asy’ari, KH. Ali Maksum, KH.
Makmun Nawasi. Beliau semua mempunyai banyak hasil coretan tangan yang diakui
di dunia pesantren, bahkan mendunia.
Tak ada asap, jika
tidak ada api. Mungkin istilah itu yang tepat diungkapkan, karena para
intelektual muslim terdahulu sebelum membuat kitab/karya tulisnya, beliau
membaca terlebih dahulu. Dari membaca tersebut kita akan memperoleh banyak
informasi yang sangat berharga bagi kehidupan. Hal itu menunjukkan tradisi
membaca di pesantren sangatlah kuat pada saat itu. Kemudian pertanyaannya,
bagaimana dengan tradisi membaca di pesantren saat ini? jika bukan masyarakat
pesantren (santri) yang melestarikan tradisi itu, siapa lagi? Dengan demikian,
marilah kita biasakan kehidupan di pesantren ini dengan membaca, membaca, dan
membaca.[†]
Tidak ada buku/kitab
yang menarik, yang ada adalah kita belum membacanya. Jika ingin mengubah dunia
maka membacalah, dengan bacaan yang beragam. Mulai dari bacaan keagamaan,
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Sebagai pemuda kita jangan sampai terlena
dengan kemajuan teknologi saat ini, jangan buta dengan kehidupan sekarang. Kita
yang harus membangun tatanan masyarakat yang madani, toleran, inklusif, adil,
dan seimbang.
Cobalah untuk membaca
buku-buku atau kitab-kitab yang kita senangi, atau mungkin untuk memancing
gairah membaca, cobalah untuk membaca hal-hal yang ringan, semisal novel atau
cerpen. Selamat memulai untuk mentradisikan membaca di Pesantren!
Wa
Allah a’lam bi al-shawab, wa Allah a’lam minni
Wassalam…
Komentar