Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Mempersiapkan Jiwa Sosial

Majalah Bakti, No. 268-THXX-Oktober 2013 Sumber: Tirtojiwo.org Mempersiapkan Jiwa Sosial Oleh Ahmad Suhendra* Idul Adha menjadi momentum pelaksanaan ibadah haji (rukun Islam yang terakhir) dan berkurban. Sehingga idul Adha juga disebut sebagai bulan haji dan Idul Qurban. Kedua ibadah itu kumpul dalam bulan yang bersamaan. Hal ini menggambarkan perlu adanya keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Secara filosofis, berkurban memberikan anjuran kepada kita untuk merelakan hal-hal keduniawiaan. Bentuknya berupa pengorbanan untuk kemaslahatan umum dan berkorban di jalan Allah swt. Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam berkurban adalah untuk senantiasa berjiwa sosial. Peduli dan empati terhadap kehidupan sekitar, serta membantu keluarga terdekat dan tetangga dalam keseusahan adalah yang ditekankan oleh Islam dalam hal ini.

SEHENING apa?

SEHENING apa? Ahmad Suhendra El-Bughury Hening jiwa terasa.., Bagaimana ia tumbuh dan tertidur,, Akankah akan kembali pada hati yang bersih? Tak ada yang bisa memuntahkan keinginan jiwa ini, sepertinya begitu. Cahaya mentaripun tak ubahnya lilin redup Tak ada kehangatan apalagi sinar kemuning Berangkas demi berangkas ku pelototi Tak satupun yang memikat dan membangunkan keheninganku Sepertinya rasa ini sudah terhipnotis oleh kefanaan Keinginan yang tak termurnikan Jiwa profetik yang ternodai Keserakahan dan kesenangan telah menghalusinasikan arah Arahku semaki kusut tak berirama Sebuah kedigdayaan kekosongan jiwa Walau kulitku memikat Bagai kemilau intan permata, tapi.. Apalah arti bila hening terus menghantuinya Kulit tak berguna jika isinya kosong Pohon tak akan berbuah Jika akarnya rapuh Bunga tidak akan seindah dihadapan mata Bila tak ada mentari yang menyinarinya

BBM dan Kemaslahatan Publik

BBM dan Kemaslahatan Publik Ahmad Suhendra El-Bughury Sumber: Energytoday.com Suatu hari terjadi paceklik berupa langkanya air bersih di Madinah. Walaupun Madinah lebih subur dibanding Mekkah, tetapi Arab merupakan wilayah yang gersang. Ada satu sumur yang masih bisa dimanfaatkan. Sumur yang bernama Sumur Raumah itu milik seorang warga Madinah yang beragama Yahudi. Dia menarik bayaran kepada setiap orang yang hendak mengambil air tersebut. penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut. Bagi warga yang kurang mampu dan tidak memiliki banyak uang untuk membeli air tersebut, maka dia tidak bisa menikmati air bersih. Hanya mereka yang memiliki uang yang bisa mendapatkannya. Melihat kondisi demikian, Rasulallah saw sebagai kepala Negara berinisiatif untuk membeli sumur tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “ Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkan