Langsung ke konten utama

BBM dan Kemaslahatan Publik

BBM dan Kemaslahatan Publik
Ahmad Suhendra El-Bughury

Sumber: Energytoday.com
Suatu hari terjadi paceklik berupa langkanya air bersih di Madinah. Walaupun Madinah lebih subur dibanding Mekkah, tetapi Arab merupakan wilayah yang gersang. Ada satu sumur yang masih bisa dimanfaatkan. Sumur yang bernama Sumur Raumah itu milik seorang warga Madinah yang beragama Yahudi. Dia menarik bayaran kepada setiap orang yang hendak mengambil air tersebut. penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.

Bagi warga yang kurang mampu dan tidak memiliki banyak uang untuk membeli air tersebut, maka dia tidak bisa menikmati air bersih. Hanya mereka yang memiliki uang yang bisa mendapatkannya. Melihat kondisi demikian, Rasulallah saw sebagai kepala Negara berinisiatif untuk membeli sumur tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda: “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah swt” (HR. Muslim).


Utsman bin ‘Affan sebagai sahabat yang terkenal kaya raya, langsung menawar Sumur Rumah kepada pemiliknya. Orang Yahudi itu pun menjualnya dengan harga tinggi. Singkat cerita, Utsman mewakafkan sumur itu untuk kemaslahatan publik. Sehingga statusnya menjadi milik penduduk Madinah. Rasulallah dan Utsman bin ‘Affan tidak memungut sepeser pun kepada setiap orang yang hendak mengambil air dalam sumur itu.

Masyarakat yang awalnya harus membayar dengan biaya yang mahal, akhirnya bisa mengambil air itu tanpa dipungut biasa sedikitpun alias gratis. Itulah keputusan yang bijsaksana yang dilakukan Rasulallah dan sahabat beliau demi kemaslahatan rakyatnya.

Kisah tauladan yang dilakukan Rasulallah itu sangat kontekstual. Mengingat, beberapa hari terakhir terjadi kelangkaan Bahan Baka Minyak (BBM) di sejumlah SPBU, terutama jenis premium dan solar. Untuk memenuhi stok BBM tahun 2014 Pertamina membatasi pengiriman BBM ke sejumlah SPBU di berbagai daerah. Pihak Pemerintah dan Pertaminan mestinya bisa mengantisipasi kelangkaan BBM secara cepat. Sehingga masyarakat kecil tidak menunggu lama dalam mendapatkan BBM di setiap SPBU. 

Ketika stok BBM ini berkurang dan sulit ditemukan di pasaran, maka harganya akan melonjak naik. Orang yang merasakan langsung kelangkaan dan kenaikan itu tidak lain orang miskin. Dalam hal ini, pemerintah belum bisa memberikan kemaslahatan kepada rakyat banyak. BBM yang mestinya dapat dinikmati oleh rakyat miskin untuk kemaslahatan publik justru hanya dinikmati segelintir orang saja.

Kepentingan dan kemaslahatan masyarakat (publik) sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah. Nabi membeli sumur itu melalui uang negara untuk kemaslahatan publik. Agar air itu tidak hanya bisa dinikmati segelinti orang, melainkan dinikmati semua orang Madinah. Prinsip yang diterapkan Nabi adalah kemaslahatan publik akan menentukan kelangsungan pemerintah yang adil. Kelangkaan BBM menjadi sebuah koreksian bagi Pemerintah sebagai pelaksana Negara ini. Semestinya hal itu bisa diantisipasi secara dini untuk mencegah terjadi antrean panjang di sejumlah SPBU.

Kebijakan pembatasan kuota BBM ke sejumlah SPBU memang mempunyai pertimbangan tertentu. Begitu juga dengan kenaikan BBM menjadi salah satu yang mungkin terjadi dibalik langkanya BBM. Bila pemerintah menaikkan lagi harga BBM, lalu di mana hak rakyat untuk menikmati sumberdaya alamnya sendiri. Pertanyaannya, apakah kebijakan itu membawa kemaslahatan bagi rakyat atau tidak?


Karena agama memberikan perhatian terhadap masalah kemaslahatan publik ini. Hal ini tertuang dalam salah satu kaidah berbunyi, kebijakan pemimpin atas rakyat (nya) dikaitkan dengan kemaslahatan. Kemaslahatan rakyat semestinya yang menjadi acuan kebijakan pemerintah. Apabila suatu kebijakan itu membawa kemaslahatan rakyat (publik) maka kebijakan itu tepat dan benar secara agama. Sebaliknya, jika suatu kebijakan justru membawa kesengsaraan terhadap rakyat maka kebijakan itu perlu dipertanyakan kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGAN MULTIKULTURALISME

RENUNGAN MULTIKULTURALISME Oleh: Ahmad Suhendra Kerberagaman merupakan hal yang niscaya bagi kehidupan manusia dimana pun berada. karena pada setiap “diri-kepala” individu seseorang dilatarbelakangi dengan bermacam-macam unsur yang membentu sistem kehidupan dirinya. Dan dari bermacam-macam unsur yang membentuknya itu pada individu masing-masing seseorng tentunya berbeda dengan individu yang lainnya.dari kondisi tersebut melahirkan suatu tatanan subsistem pandangan yang berbeda, yang akhirnya melahirkan sistem kebudayaan yang berbeda dan beragam. Tentunya tidak hanya dalam kontek kebudayaan, tetapi dalam beberapa wilayah, semisal agama, bahasa, etnis, suku, dan sebagainya. Dengan demikian keberagaman merupakan keniscayaan yang tidak dapat terelakkan dan tidak dapat dihindarkan.

BIOGRAFI ULAMA: ULAMA YANG CENDEKIAWAN DARI GARUT

BIOGRAFI ULAMA KH. ANWAR MUSADDAD, GARUT Seorang ulama-intelektual yang berdedikasi untuk pengembangan lembaga ilmiah, namun tetap berdiri di atas tradisi pesantren. Keahliannya dalam Ilmu Perbandingan Agama tergolong langka di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) pada masanya.   Lahir di Garut pada 3 April 1909, menempuh pendidikan di HIS (Hollandsche Indische School, setingkat SD pada zaman Belanda), MULO (setingkat SMP) Kristelijk di Garut, dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi. Setelah menamatkan pendidikan menengah di sekolah Katolik tersebut, ia belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut selama dua tahun, kemudian pada 1930 melanjutkan studi ke Mekah dan belajar di Madrasah al-Falah selama sebelas tahun. 

Menggapai Mimpi (Sang Pemimpi Episode Ke-2)

Menggapai Mimpi (Sang Pemimpi Episode Ke-2) Karya Bersama Oleh Naelul Fauziah & Ahmad Suhendra Sekali lagi kubantingkan proposal beasiswaku diatas tempat tidur yang sudah lapuk dan berbau tidak sedap karena sudah terlalu lama didiamkan tidak dipakai, kali ini aku benar-benar pasrah, seluruh persediaanku untuk seminggu ini raib demi mengurus beasiswa yang tak jelas akhirnya seperti ini, kenapa aku masih berharap untuk melanjutkan magisterku ke negri yang terkenal dengan bunga sakuranya seharusnya aku bersyukur karena aku telah lulus dengan nilai tertinggi di Universitas Malaya dan itupun lagi lagi karena nasib sedang berpihak saja padaku, tapi apa buktinya, sampai saat ini proposal pengajuanku jadi dosen di Universitas Padjajaran pun tak ada kabar, sementara kontrakan butut ini pun sudah sebulan belum dibayar, minta pada umi dan abi dikampung tidak mungkin, mereka pun sangat kekurangan untuk membiayai si kecil husna yang sudah masuk sekolah dasar.