Refleksi Sore
Majalah Bangkit
Sore itu (24/4) di teras rumah, tiga orang santri sedang
mendengarkan penjelasan pimpinan redaksi majalah bangkit. Dia menjelaskan
tentang membangun peradaban maritim. Yang menarik adalah projek pemerintahan
kabinet kerja ini digali dari sumber utama umat islam, al-Qur’an.
“apakah di laut itu ada masjid? Atau bisa jadi ada
perpustakaan?”
Bagaimana respon al-Qur’an dalam membangun peradaban itu. Sahabat
Usman bisa kaya itu karena dia bisa menguasai lautan. Di masa kekuasaannya
Islam bisa tersiar jauh ke seberang daratan Arab. Tidak mungkin Islam sampai ke
Indonesia, jika mereka tidak menguasai kemaritiman.
Nah, itu semua pasti ada dalam al-Qur’an. Bagaimana al-qur’an
membicarakan konsep itu? Bagaimana peradaban maritim itu dalam konteks
kesejarahan Islam? Apa kontribusinya untuk pemerintahan sekarang?
Pernah dengan hizb bahr? Saat itu pendiri tareqat
sadziliyyah hendak ibadah ke tanah suci. Tapi di tengah samudra yang biru,
beliau dihadang oleh dahsyatnya angin. Ombaknya yang begitu berliuk pun
menghadang perjalanannya. Kedahsyatan samudra itu membuat dirinya bersimpuh
kepada Yang menciptakan semuanya dengan membaca hizb bahr. Dengan zikir itu,
allah pun melenyapkan keganasan angin dan ombak yang menghadangnya. Akhirnya dia
bisa melanjutkan perjalanan ke tanaha suci.
Itu bukti, bahwa lautan bisa melahirkan sebuah peradaban.
Komentar