Langsung ke konten utama

Belajar Menjaga Amanah


Saat punya anak kita perlu banyak menyesuaikan diri. Kita harus pintar membagi waktu untuk buah hati. Yah, sebagai suami tak ada masalah meringankan beban istri. Hanya dengan membantu pekerjaan istri tidak akan menurunkan derajat seorang laki-laki.


Di rumah, kami masih bingung mengurus buah hati. Maklumlah, jadi orangtua pemula masih amatiran. Untuk saja mertua senantiasa membantu ngurusin bayi. Istri masih masa penyembuhan. Sepertinya tidak mungkin, dan saya tidak rela melihatnya jika dia banyak aktivitas, termasuk memandikan buah hati. 

Setelah diskusi dengan istri dan mertua, akhirnya kami memutuskan membayar orang untuk memandikan buah hati kami. Tulang bayi itu masih lembek jadi butuh kehati-hatian tingkat tinggi dalam memandikannya. Keahlian dan pengalaman menjadi prioritas kami dalam memilih orang. Untuk anak jangan untuk coba-coba ya!

Kebeteluan, ada saudara mertua yang pengalaman mengurus bayi. Dari mulai memandikan sampai mengurut bayi. Tak heran, bila rumahnya sering didatangi orang yang ingin mengurut bayi mereka. Karena rumah kami berdekatan, jadi mengundangnya agar datang ke rumah. Setiap pagi dan sore buah hati kamipun dimandikan oleh Cang Minah.

Sebelum tali pusar copot secara alami, maka selama itu Cang Minah memandikan Bayi kami. Setiap memandikan Kafa, panggilan buah hati kami, saya selalu memperhatikannya. Dengan telaten dan begtu hati Cang Minah membasuh setiap bagian tubuh buah hati kami. Pengeluaran rutin keluarga kecil ini bertambah. Walaupun, tidak terlalu mahal tapi bagi keluarga 'baru' seperti kami mungkin agak berat. Tapi demi anak, nggak apa-apa deh. Ada istilah, anak itu membawa rizki.

Anak itu kan titipan dari Allah. Yakin saja, Allah pasti akan memenuhi kebutuhannya. Kita sebagai orangtua hanya ikhtiar dan berdoa. Bersambung..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGAN MULTIKULTURALISME

RENUNGAN MULTIKULTURALISME Oleh: Ahmad Suhendra Kerberagaman merupakan hal yang niscaya bagi kehidupan manusia dimana pun berada. karena pada setiap “diri-kepala” individu seseorang dilatarbelakangi dengan bermacam-macam unsur yang membentu sistem kehidupan dirinya. Dan dari bermacam-macam unsur yang membentuknya itu pada individu masing-masing seseorng tentunya berbeda dengan individu yang lainnya.dari kondisi tersebut melahirkan suatu tatanan subsistem pandangan yang berbeda, yang akhirnya melahirkan sistem kebudayaan yang berbeda dan beragam. Tentunya tidak hanya dalam kontek kebudayaan, tetapi dalam beberapa wilayah, semisal agama, bahasa, etnis, suku, dan sebagainya. Dengan demikian keberagaman merupakan keniscayaan yang tidak dapat terelakkan dan tidak dapat dihindarkan.

BIOGRAFI ULAMA: ULAMA YANG CENDEKIAWAN DARI GARUT

BIOGRAFI ULAMA KH. ANWAR MUSADDAD, GARUT Seorang ulama-intelektual yang berdedikasi untuk pengembangan lembaga ilmiah, namun tetap berdiri di atas tradisi pesantren. Keahliannya dalam Ilmu Perbandingan Agama tergolong langka di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) pada masanya.   Lahir di Garut pada 3 April 1909, menempuh pendidikan di HIS (Hollandsche Indische School, setingkat SD pada zaman Belanda), MULO (setingkat SMP) Kristelijk di Garut, dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi. Setelah menamatkan pendidikan menengah di sekolah Katolik tersebut, ia belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut selama dua tahun, kemudian pada 1930 melanjutkan studi ke Mekah dan belajar di Madrasah al-Falah selama sebelas tahun. 

Menggapai Mimpi (Sang Pemimpi Episode Ke-2)

Menggapai Mimpi (Sang Pemimpi Episode Ke-2) Karya Bersama Oleh Naelul Fauziah & Ahmad Suhendra Sekali lagi kubantingkan proposal beasiswaku diatas tempat tidur yang sudah lapuk dan berbau tidak sedap karena sudah terlalu lama didiamkan tidak dipakai, kali ini aku benar-benar pasrah, seluruh persediaanku untuk seminggu ini raib demi mengurus beasiswa yang tak jelas akhirnya seperti ini, kenapa aku masih berharap untuk melanjutkan magisterku ke negri yang terkenal dengan bunga sakuranya seharusnya aku bersyukur karena aku telah lulus dengan nilai tertinggi di Universitas Malaya dan itupun lagi lagi karena nasib sedang berpihak saja padaku, tapi apa buktinya, sampai saat ini proposal pengajuanku jadi dosen di Universitas Padjajaran pun tak ada kabar, sementara kontrakan butut ini pun sudah sebulan belum dibayar, minta pada umi dan abi dikampung tidak mungkin, mereka pun sangat kekurangan untuk membiayai si kecil husna yang sudah masuk sekolah dasar.